kalaw dunsanak maleh kakampus ...... baraja di internet ndak jo baa dow.....
yang penting baraja dapek nilai A...
Kamis, 10 Januari 2013
instrumentasi
Instrumen yang digunakan dalam industri kimia untuk mengukur
variabel proses, seperti suhu, tekanan, densitas, viskositas, kapasitas panas,
konduktivitas, pH, Kelembaban, titik embun, level cairan, laju alir, komposisi
kimia, dan kadar air dengan menggunakan instrumen yang memiliki berbagai
tingkat kompleksitas, nilai dari variabel-variabel dapat dicatat secara
kontinyu dan dapat dikendalikan.
Kontrol otomatis adalah penghematan yang dihasilkan dalam
persalinan menggabungkan dengan meningkatkan kemudahan dan efisiensi operasi
telah lebih dari mengimbangi biaya tambahan untuk instrumentasi. (Dalam
kebanyakan kasus, kontrol dicapai melalui penggunaan komputer berkecepatan
tinggi Dalam kapasitas ini, komputer berfungsi sebagai operasi inthe alat vital
tanaman) Pemanfaatan yang efektif dari karyawan banyak instrumen dalam proses kimia
dicapai melalui kontrol terpusat , dimana salah satu berlokasi ruang kontrol
yang digunakan untuk indikasi, pencatatan, dan pengaturan variabel proses.
Panel dewan telah dikembangkan yang menyajikan representasi grapichal proses
dan memiliki kontrol instrumen dan indikator dipasang di lokasi appriopriate
dalam proses keseluruhan. Hal ini membantu operator baru untuk cepat menjadi
akrab dengan pentingnya pembacaan instrumen, dan lokasi yang cepat dari setiap
jenis operasional adalah mungkin. Contoh dari panel grafis di sebuah pabrik
industri modern yang dilihatkan pada gambar. 3-4.
Karena banyak variabel yang ditemukan dalam berbagai
pengolahan dan luas di mana variabel-variabel ini harus ditentukan dan
dikontrol, bantuan insinyur instrumentasi sangat penting dalam mendirikan suatu
sistem kontrol. Instrumentasi masalah yang disebabkan oleh kelambatan
transmisi, bersepeda karena respons yang lambat atau terkompensasi, kesalahan
radiasi, atau faktor serupa yang biasa ditemui dalam rencana operasi, namun
sebagian besar masalah ini dapat dihilangkan jika sistem kontrol dengan benar
desain
Menurut Dr. Sri Durjati Boedihardjo,
ada beberapa alasan mengapa para pembuat makanan mengawetkan produk mereka.
Salah satunya karena daya tahan kebanyakan makanan memang sangat terbatas dan
mudah rusak ( perishable). Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan
berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan ini jelas-jelas sangat menguntungkan
pedagang.
Pengawetan makanan adalah cara yang
digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan
mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Pengawetan makanan harus
memperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara
pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan. Teknologi pengawetan
makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada
cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan
makanan.
Salah satu dari beberapa teknik
pengawetan pangan adalah memberikan bahan tambahan pangan (BTP) untuk
pengawetan, hal ini dilakukan dengan menambahkan suatu bahan kimia tertentu
dengan jumlah tertentu yang diketahui memiliki efek mengawetkan dan aman untuk
dikonsumsi manusia. Jenis dan jumlah pengawet yang diijinkan untuk digunakan
telah dikaji keamanannya.
Bahan makanan adalah hal sangat penting
bagi kehidupan manusia seperti karbohidrat, lemak , protein, vitamin dan
mineral. Disamping itu ada zat yang ditambahkan baik secara sengaja maupun
secara tidak sengaja yang akan mempengaruhi kualitas makanan itu sendiri.
Penambahan tersebut bisa berbahaya bagi kesehatan manusia baik secara sengaja
maupun tidak sengaja yaitu apabila bahan makanan ditambahkan zat aditif yang
bersifat sintetis.
I.2 TUJUAN
ØMengetahui teknik-teknik pengawetan dengan suhu
tinggi
ØMengetahui apa yang dimaksud dengan pengawetan
ØMengetahui masing-masing tujuan dari teknik
pengawetan dengan suhu tinggi
ØMengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalan pengawetan dengan suhu tertentu.
BAB.2
PEMBAHASAN
II.1. PENGAWETAN DENGAN PENGGUNAAN SUHU TINGGI
Suhu tinggi diterapkan baik dalam pengawetan maupun dalam
pengolahan pangan. Memasak, menggoreng, memanggang, dan lain-lain adalah
cara-cara pengolahan yang menggunakan panas. Proses-proses tersebut membuat
makanan menjadi lebih lunak, lebih enak, dan lebih awet. Pemberian suhu tinggi
pada pengolahan dan pengawetan pangan didasarkan kepada kenyataan bahwa
pemberian panas yang cukup dapat membunuh sebagian besar mikroba dan
menginaktifkan enzim. Selain itu makanan menjadi lebih aman karena racun-racun
tertentu rusak karena pemanasan, misalnya racun dari bakteri Clostridium
botulinum.
Pada pemakaian suhu tinggi, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Mikroba penyebab kebusukan dan yang dapat membahayakan kesehatan manusia
harus dimatikan
2. Panas yang digunakan sedikit mungkin menurunkan nilai gizi makanan
3. Faktor-faktor organoleptik misalnya citarasa juga harus dipertahankan.
II.2.
TINGKATAN
PEMBERIAN PANAS PADA PENGGUNAAN SUHUTINGGI
vBLANSHING
Blansing merupakan suatu cara pemanasan pendahuluan atau
perlakuan pemanasan tipe pasteurisasi yang dilakukan pada suhu kurang dri 100 o
C selama beberapa menit, dengan menggunakan air panas atau uap. Biasanya suhu
yang digunakan sekitar 82 – 93 oC selama 3 – 5 menit.
Contoh blansing misalnya mencelupkan sayuran atau buah
dalam air mendidih selama 3 – 5 menit atau mengukusnya selama 3 – 5
menit.Tujuan utama blansing ialah menginaktifan enzim diantaranya enzim
peroksidase dan katalase, walaupun sebagian dari mikroba yang ada dalam bahan
juga turut mati. Blansing biasanya juga dilakukan terhadap sayur-sayuran dan
buah-buahan yang akan dikalengkan atau dikeringkan.
Di dalam
pengalengan sayur-sayuran dan buah-buahan, selain untuk menginaktifkan enzim,
tujuan blansing yaitu :
omembersihkan bahan dari kotoran dan mengurangi jumlah
mikroba dalam bahan
omengeluarkan atau menghilangkan gas-gas dari dalam
jaringan tanaman, sehingga mrngurangi terjadinya pengkaratan kaleng dan
memperoleh keadaan vakum yang baik dalam “headspace” kaleng.
omelayukan atau melunakkan jaringan tanaman, agar
memudahkan pengisian bahan ke
odalam wadah
omenghilangkan
bau dan flavor yang tidak dikehendaki
omenghilangkan
lendir pada beberapa jenis sayur-sayuran
Cara melakukan
blansing ialah dengan merendam dalam air panas (merebus) atau dengan uap air (mengukus
atau dinamakan juga “steam blanching”). Merebus yaitu memasukkan bahan ke dalam
panci yang berisi air mendidih.Sayur-sayuran atau buahbuahan yang akan
diblansing dimasukkan ke dalam keranjang kawat, kemudian dimasukkan ke dalam
panci dengan suhu blansing biasanya mncapai 82 – 83 oC selama 3 – 5 menit.
Setelah blansing cukup walktunya, kemudian keranjang kawat diangkat dari panci
dan cepat-cepat didinginkan dengan air.
Pengukusan
tidak dianjurkan untuk sayur-sayuran hijau, karena warna bahan akan menjadi
kusam. Caranya ialah dengan mengisikan bahan ke dalam keranjang kawat, kemudian
dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih. Dandang ditutup dan
langkah selanjutnya sama dengan cara perebusan.
vPASTEURISASI
Pasteurisasi
merupakan suatu proses pemanasan bahan pangan sampai suatu suhu tertentu untuk
membunuh mikroba patogen atau penyebab penyakit seperti bakteri penyebab
penyakit TBC, disentri, diare, dan penyakit perut lainnya. Dengan pasteurisasi
masih terdapat mikroba, sehingga bahan pangan yang telah dipasteurisasi
mempunyai daya tahan simpan yang singkat.
Tujuan
pasteurisasi yaitu :
1. Membunuh
semua bakteri patogen yang umum dijumpai pada bahan pangan bakteribakteri
patogen yang berbahaya ditinjau dari kesehatan masyarakat.
2.
Memperpanjang daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri dan
menginaktifkan enzim.
Mikroba
terutama mikroba non patogen dan pembusuk masih ada pada bahan yang
dipasteurisasi dan bisa berkembang biak. Oleh karena itu daya tahan simpannya
tidak lama. Contohnya : susu yang sudah dipasteurisasi bila disimpan pada suhu
kamar hanya akan tahan 1 – 2 hari, sedangkan bila disimpan dalam lemari es
tahan kira-kira seminggu. Karena itu untuk tujuan pengawetan, pasteurisasi
harus dikombinasikan dengan cara pengawetan lainnya, misalnya dengan
pendinginan.
Pasteurisasi
biasanya dilakukan pada susu, juga pada saribuah dan suhu yang digunakan di
bawah 100 oC. Contohnya :
• pasterurisasi
susu dilakukan pada suhu 61 - 63 oC selama 30 menit
• pasteurisasi
saribuah dilakukan pada suhu 63 – 74 oC selama 15 – 30 menit.
Pasteurisasi
pada saribuah dan sirup dapat dilakukan dengan cara “ hot water bath “. Pada
cara “ hot water bath “, wadah yang telah diisi dengan bahan dan ditutup
(sebagian atau rapat) dimasukkan ke dalam panci terbuka yang diisi dengan air.
Beberapa cm (2,5 – 5,0 cm) di bawah permukaan wadah. Kemudian air dalam panci
dipanaskan sampai suhu di bawah 100 oC ( 71 – 85 oC ), sehingga aroma dan
flavor tidak banyak berubah.
STERILISASI
Perkataan steril mengandung pengertian
:
1. Tidak ada
kehidupan
2. Bebas dari
bakteri patogen
3. Bebas dari organisme pembusuk
4. Tidak
terdapat kegiatan mikroba dalam keadaan normal
Sterilisasi
adalah proses termal untuk mematikan semua mikroba beserta sporasporanya.
Spora-spora bersifat tahan panas, maka umumnya diperlukan pemanasan selama 15
menit pada suhu 121 oC atau ekivalennya , artinya semua partikel bahan pangan
tersebut harus mengalami perlakuan panas.
Dalam pengolahan bahan pangan yang lazim
dinamakan pengalengan, tidak mungkin dilakukan sterilisasi dengan pengertian
yang mutlak. Pemanasan dilakukan sedemikian rupa sehingga mikroba yang
berbahaya mati, tetapi sifat-sifat bahan pangan tidak banyak mengalami peruba
han sehingga tetap bernilai gizi tinggi.
Sehubungan
dengan hal ini dikenal 2 macam istilah, yaitu :
1.Sterilisasi biologis yaitu suatu tingkat pemanasan yang
mengakibatkan musnahnya segala macam kehidupan yang ada pada bahan yang
dipanaskan
2.Sterilisasi komersial yaitu suatu tingkat pemanasan,
dimana semua mikroba yang bersifat patogen dan pembentuk racun telah mati
Pada produk
yang steril komersial masih terdapat spora-spora mikroba tertentu yang tahan
suhu tinggi; spora-spora tersebut dalam keadaan penyimpanan yang normal tidak
dapat berkembang biak atau tumbuh. Jika spora tersebut diberi kondisi tertentu,
maka spora akan tumbuh dan berkembang biak.
Mengingat bahwa
perambatan panas melalui kemasan (misalnya kaleng, gelas) dan bahan pangan
memerlukan waktu, maka dalam prakteknya pemanasan dalam autoklaf akan
membutuhkan waktu lebih lama dari 15 menit. Selama pemanasan dapat terjadi
perubahanperubahan kualitas yang tidak diinginkan. Untungnya makanan tidak
perlu dipanaskan hingga steril sempurna agar aman dan memiliki daya tahan simpan
yang cukup lama. Semua makanan kaleng umumnya diberi perlakuan panas hingga
tercapai keadaan steril komersial . Biasanya daya tahan simpan makanan yang
steril komersial adalah kira-kira 2 tahun. Kerusakan-kerusakan yang terjadi
biasanya bukan akibat pertumbuhan mikroba, tetapi karerna terjadi kerusakan
pada sifat-sifat organoleptiknya akibat reaksi-reaksi kimia.
Pemanasan
dengan sterilisasi komersial umumnya dilakukan pada bahan pangan yang sifatnya
tidak asam atau bahan pangan berasam rendah. Yang tergolong bahan pangan ini
adalah bahan pangan hewani seperti daging, susu, telur, dan ikan serta beberapa
jenis sayuran seperti buncis dan jagung. Bahan pangan berasam rendah mempunyai
risiko untuk mengandung bakteri Clostridium botulinum, yang dapat menghasilkan
racun yang mematikan jika tumbuh dalam makanan kaleng. Oleh karena itu spora
bakteri tersebut harus dimusnahkan dengan pemanasan yang cukup tinggi.
Sterilisasi komersial adalah pemanasan pada suhu 121,1 oC selama 15 menit
dengan menggunakan uap air bertekanan, dilakukan dalam autoklaf.
Tujuan
sterilisasi komersial terutama untuk memusnahkan spora bakteri patogen termasuk
spora bakteri C. Botulinum. Produk yang sudah diproses dengan sterilisasi
komersial sebaiknya disimpan pada kondisi penyimpanan yang normal, yaitu pada
suhu kamar. Harus dihindari penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi (sekitar 50
oC), karena bukan tidak mungkin jika ada spora dari bakteri yang sangat tahan
panas masih terdapat di dalam kaleng dapat tumbuh dan berkembang biak di dalamnya
dan menyebabkan kebusukan, misalnya bakteri Bacillus stearothermophillus.
II.3.
CARA BERLANGSUNGNYA PERAMBATAN PANAS
Panas merupakan
suatu bentuk enersi, diartikan sebagai pertukaran enersi diantara dua macam
benda yang berbeda suhunya. Perambatan panas atau pemindahan panas dapat
terjadi secara :
vKonduksi
Konduksi terjadi jika enersi berpindah dengan jalan
sentuhan antar molekul atau perambatan panas terjadi dimana panas dialirkan
dari satu partikel ke partikel lainnya tanpa adanya gerakan atau sirkulasi.
Perambatan panas secara konduksi berlangsung secara lambat. Umumnya konduksi
terjadi pada bahan berbentuk padat, seperti daging, ikan, sayur- sayuran,
buah-buahan, dll.
vKonveksi
Konveksi terjadi jika enersi berpindah melalui aliran
dalam media cair atau perambatan panas dimana panas dialirkan dengan cara
pergerakan atau sirkulasi molekul dari zat yang satu ke zat yang lainnya.
Pemanasan secara konveksi berlangsung secara cepat. Umumnya konveksi terjadi
pada bahan berbentuk cair seperti saribuah, sirup, air, dll.
Selain itu
perambatan panas dapat terjadi secara radiasi dimana panas dialirkan secara
pancaran dan berlangsung tanpa media, misalnya sinar matahari. Pada bahan
pangan yang dikalengkan, perambatan panas yang terjadi dapat secara konduksi
dan konveksi, contohnya buah-buahan dalam kaleng yang diberi sirup, perambatan
panasnya terjadi secara konduksi pada buahnya dan konveksi pada sirupnya.
II.4. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PEMANASAN
Alat-alat
pemanas yang umum digunakan antara lain ketel pasteurisasi dan ketel
sterilisasi. Alat-alat pemanas sederhana yang dipakai dalam kehidupan
sehari-hari di rumah tangga misalnya alat pamasak nasi (dandang atau kukusan)
dan panci tekan (pressure cooker), sedangkan di pabrik pengolahan digunakan
otoklaf.
Dandang atau kukusan
dapat dipakai untuk keperluan pasteurisasi dan sterilisasi. Waktu yang
diperlukan untuk sterilisasi dengan alat ini lebih lama dibandingkan dengan
alat-alat yang lebih modern. Hal ini disebabkan suhu yang dapat dicapai dalam
alat-alat sederhana hanya sekitar 100 – 105 oC.
Jenis-jenis
otoklaf yang digunakan yaitu :
1.Otoklaf statis atau jenis vertikal
Suhu maksimum yang bisa digunakan ialah 121 oC; bila
digunakan suhu lebih tinggi maka makanan akan rusak karena kontak dengan
dinding kaleng yang panas. Hal ini terjadi terutama pada makanan yang bersifat
padat, tetapi juga pada makanan yang bersifat cair.
2.Otoklaf agitasi atau jenis horizontal
Pada otoklaf jenis
ini waktu pemanasan bisa lebih singkat, karena itu terutama digunakan pada
bahan yang bersifat cair atau semi-cair. Kualitas bahan yang dihasilkan lebih
baik. Head space mempengaruhi agitasi di dalam kaleng, maka suhu dinding kaleng
menjadi lebih rendah . Dengan demikian suhu pengolahan dapat lebih tinggi dari
121 oC, dan waktu pengolahan menjadi lebih singkat.
II.5.
PENGALENGAN
Pengalengan
(Canning) adalah “suatu metode pengawetan bahan pangan yang siap untuk dimakan
dalam wadah-wadah yang tertutup rapat (hermetis) yang telah diberi perlakuan
dengan suhu tinggi untuk mencegah kerusakan“. Prinsip pengalengan adalah “
membunuh mikroba dengan menggunakan panas dan mencegah masuknya mikroba ke
dalam wadah “.
Sebetulnya
orang yang menemukan proses yang sekarang kita kenal dengan pengalengan ialah
Spallanzani pada tahun 1765. Dalam percobaannya ia membuktikan, bahwa makanan
yang ditaruh dalam botol terutup dengan gabus rapat-ra pat dapat dicegah dari
kebusukan apabila botol tersebut dipanasi cukup lama. Sebagai pelopor atau
disebut sebagai “ Bapak industri pengalengan “ ialah Nicolas Appert (1810) dari
Perancis. Tetapi baru populer setelah penemuan Louis Pasteur (1860). Kemajuan
pesat dalam industri pengalengan baru terjadi setelah tahun 1900, yaitu dengan
didapatkannya botol-botol dan kaleng-kaleng yang dapat ditutup rapat serta
cara-cara yang lebih baik untuk membunuh mikroba.
Kemasan untuk
Pengawetan Pangan dengan Proses Termal
Jenis kemasan
yang dapat dipakai untuk pengalengan makanan adalah kaleng, botol, dan kemasan
lentur. Kemasan yang paling banyak digunakan adalah kaleng dan botol.
ØKaleng (tin-plate)
Kaleng (tin
–plate) adalah lembaran besi yang dilapisi dengan timah putih; pada kebanyakan
kaleng timah putihnya tidak kurang dari 0,25 %. Kaleng merupakan wadah yang
tepat untuk sebagian besar bahan pangan. Bagian dalam dari kaleng kadang-kadang
diberi lagi suatu lapisan yang dikenal sebagai enamel untuk jenis-jenis makanan
tertentu.
Fungsi utamanya
adalah agar makanan dan kalengnya mempunyai kenampakan (appearance) yang
menarik.
Enamel harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
• Tidak
beracun, bebas dari bau-bauan dan flavor lain.
• Tahan
terhadap suhu pengolahan
• Tidak
bereaksi dngan makanannya, tahan terhadap keasaman dan tidak bereaksi dengan
pigmen
Keuntungan penggunaan tin-plate yaitu :
• Kuat dan
tegar
• Dapat
dibentuk dengan kecepatan tinggi menjadi kaleng dengan berbagai macam ukuran
• Memiliki
ketahanan terhadap karat, asal disimpan dalam kondisi penyimpanan normal
• Memiliki
kenampakan yang menarik
• Tahan
terhadap tekanasn dan suhu pengolahan yang tinggi
• Mudah diberi
dekorasi
ØBotol
merupakan kemasan yang terbuat dari gelas,
umumnya digunakan untuk bahan makanan yang bersifat asam, yang hanya memerlukan
perlakuan panas ringan atau untuk bahan pangan yang bersifat sangat korosif
seperti saus tomat dan acar. Ditinjau dari sudut pengolahan, penggunaan botol
memerlukan kondisi sbb :
Otoklaf yang
digunakan harus tipe statis
1.Medium pindah
panas yang digunakan harus berupa air yang “ super heated” dengan uap, sehingga
suhu mencapai 115 – 126 oC dan tekanan 20 – 30 psi agar tutup botol tidak lepas
2.Menaikkan suhu
harus lebih lambat
3.Proses termal
harus menggunakan suhu yang lebih rendah dan waktu pemanasan yang lebih lama
4.Kecepatan
pendinginan harus lebih lambat dan dikerjakan dalam otoklaf, dengan cara
menurunkan suhu dan tekanan secara berangsur-angsursampai mencapai suhu 65 oC,
baru dipindahkan ke ruang pendingin.
BAB.3
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
üTeknik pengawetan suhu tinggi
dikelompokkan menjadi :
·Blanshing
·Pasteurisasi
·Sterisasi
üPengawetan adalahcara yang digunakan untuk membuat
makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan
kimia makanan.
üTujuan masing-masing teknik pengawetan
yaitu :
·Blanshing : menonaktifan
enzim diantaranya enzim peroksidase dan katalase, walaupun sebagian dari
mikroba yang ada dalam bahan juga turut mati.
·Pasteurisasi : Membunuh
semua bakteri patogen yang umum dijumpai pada bahan pangan bakteribakteri
patogen yang berbahaya ditinjau dari kesehatan masyarakat dan Memperpanjang
daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri dan menginaktifkan enzim.
·Sterilisasi : termal untuk
mematikan semua mikroba beserta sporasporanya.
üFaktor yang
perlu diperhatikan dalam pengawetan suhu tinggi yaitu :
·Mikroba penyebab kebusukan dan yang dapat membahayakan
kesehatan manusia harus dimatikan
·Panas yang digunakan sedikit mungkin menurunkan nilai
gizi makanan
·Faktor-faktor
organoleptik misalnya citarasa juga harus dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
1.Desroisier,NW.1989.Teknologi Pengawetan
pangan.edisi ketiga Penerjemah Muljoharjo,M Universitas Indonesia (UI Press).
.
2.Saripah Hudaya, Ir.,MS.Pelatihan
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian Pengolahan dan Pengawetan Pangan